Balita dengan kepala 17 KG

Pasangan suami istri Mukhtar Saleh (34 th) dan Sanita (28 th), hanya bisa pasrah mendapati kondisi anaknya, Muhammad Isnaini (18 bulan), menderita hydrocephalus.
Hydrocephalus adalah kelainan bawaan yang biasanya terjadi pada bayi, dengan ditandai membesarnya kepala melebih ukuran normal. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh kelainan pada otak dengan bertambahnya cairan CCS (cairan serebro spinal) sehingga tekanan dalam otak meningkat. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan kembali cairan tersebut.
“Kami pasrah dengan kondisi anak kami,” jelas Mukhtar, sang ayah yang tinggal di Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur ini. Menurut Muhtar, ketika istrinya melahirkan, tidak ada tanda-tanda bayi mereka mengidap penyakit tersebut. Namun pada bulan-bulan berikutnya, kepala Isnaini mulai ada kelainan, yaitu samakin membesar.

Melihat hal itu Muhktar membawa anaknya ke Puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan, pihak puskesmas mengatakan bahwa Isnaini kemungkinan menderita hydrocephalus. Untuk memastikan penyakitnya, Muhktar disarankan ke RSUP Mataram.
Hasil pemeriksaan rumah sakit memastikan bahwa Isnaini mengidap penyakit hydrocephalus. Pihak rumah sakit menyarankan agar Isnaini dioperasi.
Akhirya dengan bantuan keluarga dan tetangga serta pemerintah, operasi dilakukan pada Februari 2012. Selama 1 (satu) bulan selama operasi kepala Isnaini terlihat mengecil. Namun pada bulan kedua kembali membesar. “Ketika diberi ASI atau makanan lainnya kepalanya tambah besar,” jelas Muhktar.
Melihat hal itu Muhktar dan istrinya hanya bisa pasrah.
Kini, Isnaini hanya bisa berbaring di rumahnya yang sangat sederhana. Muhktar dan istrinya sudah tidak sanggup lagi membawa anaknya ke rumah sakit. Maklum, sebagai buruh tani penghasilannya tidak mencukupi untuk membawa Isnaini ke rumah sakit.
Mukhtar dan istrinya hanya pasrah dan berdoa yang terbaik untuk anaknya. “Kalau memang sudah waktunya, biar Allah yang mengaturnya, kami tidak punya biaya untuk kontrol,” jelas Muhktar.
Bahkan untuk ke Puskesmas saja berat, apalagi harus kontrol rutin ke RSUP Mataram